Sebelum "Dijual" ke Oknum PNS Karimun, Remaja Ini Kerap Ditawari Lepas Perawan ke Apek Singapura

istimewa
ilustrasi pencabulan 
KEPRI.ID - Seorang remaja putri di Karimun Ju  (17), mengaku dirinya kerap ditawari oleh De untuk menjual keperawanannya ke apek-apek Singapura.
Kepada Tribun Batam, Selasa (12/1/2016), Ju menceritakan bagaimana dia bisa terlibat atas kasus dugaan perdagangan manusia yang dilakukan De.
Ia menceritakan, peristiwa pilu yang menimpanya itu terjadi sekitar awal Desember 2015 lalu.
Saat itu ia masih bekerja di sebuah penginapan di Tanjungbalai Karimun sebagai resepsionis.
Ju kenal dengan De karena sering keluar-masuk penginapan tempat ia bekerja.
Dari situ, De selalu membujuk Ju untuk melepas keperawanannya kepada apek-apek Singapur karena berani bayar mahal.
“Dia selalu bujuk-bujuk saya, setiap kali jumpa selalu begitu. Malah nomor saya dikasihkan kepada apek-apek Singapura. Katanya, lepas saja keperawan mu, ada yang mau bayar mahal. Saya kaget dan nanya, maksud kakak apa? Tapi dia langsung pergi,” ujar Ju.
Semakin kuat Ju menolak, De bukannya kapok melainkan terus berupaya membujuk Ju agar mau jual diri.
Tidak hanya secara langsung, bujukan juga dilancarkan De berupa mengirim pesan singkat melalui handphone Ju.
Nomor handphone Ju malah diberikan kepada Bu, seorang oknum PNS di Pemkab Karimun.
“Saya kenal pak Bu ini karena De kasih nomor handphone saya sama dia. Bu bujuk-bujuk saya, mengiming-imingi saya uang sebesar Rp 1 juta,” terang Ju.
Gencarnya bujukan dan rayuan dari De dan Bu, akhirnya membuat Ju luluh.
Ju pun bersedia melayani nafsu bejat Bu, oknum PNS di PemkabKarimun di penginapan Balai Indah Karimun sekitar pertengahan Desember 2015.
Ju tahu Bu adalah seorang PNS karena saat bersama Ju, Bu tengah mengenakan pakaian seragam PNS.
“Kejadian sore, kayaknya dia baru pulang kerja, masih pakai baju PNS warna coklat, ada lambang di lengannya,"kata Ju.
Dia menambahkan, Bu juga cerita kalau De sering nyodorkan anak-anak gadis kepada tamu-tamunya.
"Bu pernah juga foto saya tapi masih dalam keadaan berpakaian di dalam kamar. Kalau jumpa Bu, saya akan ingat wajahnya. Dia sering keluar-masuk hotel,” ujar Ju polos.
Tidak mau kejadian memalukan itu kembali terjadi, Ju memutuskan berhenti bekerja.
Kartu handphonenya juga ia buang dengan tujuan agar De dan Bu tidak mengganggunya lagi.
Tapi semakin lama ia menyimpan, Ju akhirnya tidak tahan dan menceritakan kisah memilukan yang menimpanya kepada keluarganya.
Mendengar Ju mendapat perlakuan tak senonoh seperti itu, 21 Desember 2015 lalu, keluarga memutuskan untuk membuat laporan ke Polres Karimun dengan terlapor De. (*)

Bagaimana pendapat anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar