Kapolri: Petrus 'Kerasukan' Sejak Kecil, Tak Terdeteksi Saat Masuk Polisi

Kapolri Jenderal Badrodin Haiti sudah mendapat laporan soal kasus mutilasi dua anak yang dilakukan oleh Brigadir Petrus Bakus. Anggota Polres Melawi, Kalimantan Barat, sudah menderita gangguan kejiwaan sejak kecil, namun tak terdeteksi saat masuk polisi.

"Sudah dilaporkan oleh kapolda memang yang bersangkutan ini sejak umur 4 tahun ini sering mengalami semacam kemasukan atau kesurupan. Itu tidak terdeteksi masuk polisi," kata Badrodin di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jaksel, Jumat (26/2/2016).

Kerasukan yang dimaksud Kapolri, diduga kuat berhubungan dengan penyakit schizophrenia seperti yang disampaikan Kapolda Kalbar Brighen Arief Sulistyanto sebelumnya. Para pengidap penyakut ini biasanya [next] mengalami gejala seperti mendengar suara yang tidak dapat didengar oleh orang lain, atau percaya bahwa orang lain bisa membaca pikiran mereka, mengontrol pikiran mereka, dan bahkan lebih berbahaya daripada itu.

Baca juga: Kronologi Polisi Mutilasi Dua Anak Kandung Gara-gara 'Bisikan'

Kondisi kejiwaan yang umum terjadi pada penderita schizophrenia adalah pelemahan mental yang ditandai dengan halusinasi, adanya gangguan pada panca indera, khayalan, tidak bisa memisahkan antara yang nyata dan pengalaman yang tidak nyata (unreal). Adapun faktor pemicunya yakni kekurangan gizi, infeksi, atau stres selama periode kritis perkembangan otak.

Akibat gangguan tersebut, Brigadir Petrus tega [next] membunuh dua anaknya yang masih kecil, Febian (5) dan Amora (3). Mereka dibunuh, lalu tubuhnya dimutilasi di bagian lengan dan kaki. Peristiwa berlangsung sekitar pukul 00.00 WIB sampai 00.15 WIB di asrama Polres Melawi, Kalbar, dinihari tadi.

"Ini sedang diproses dan ditangani, memang istrinya juga membenarkan bahwa yang bersangkutan itu beberapa hari ini kelihatan aneh kemudian sering mengigau semacam dikejar kejar. Menurut penjelasan istrinya, kemungkinan kerasukan," paparnya. 

Bagaimana pendapat anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar